IMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Tahun Ini, Berdasar Prospek China dan India
Tuesday, April 30, 2024       11:02 WIB

Ipotnews - Dana Moneter Internasional (IMF) menaikkan perkiraan pertumbuhan untuk Asia tahun ini, mencerminkan prospek yang lebih baik bagi dua perekonomian terbesar di kawasan ini dan kemungkinan adanya revisi ke atas dalam prospek China.
Asia diperkirakan akan mengalami pertumbuhan sebesar 4,5 persen pada tahun 2024 0,3 poin persentase lebih tinggi dibandingkan perkiraan regional pada bulan Oktober, namun merupakan perlambatan dari laju pertumbuhan tahun lalu sebesar 5 persen, menurut laporan IMF pada hari Selasa (30 April).
Data terbaru ini telah memperhitungkan perkiraan yang lebih tinggi untuk India yang diterbitkan awal bulan ini dan laju perekonomian China, yang didukung oleh ekspektasi bahwa stimulus pemerintah akan meningkatkan pertumbuhan. Mengenai China, IMF mengatakan pertumbuhan kuartal pertama lebih kuat dari perkiraan karena kuatnya ekspor dan permintaan manufaktur, yang mungkin akan mendorong revisi ke atas lagi.
"Disinflasi global dan prospek suku bunga bank sentral yang lebih rendah telah membuat kemungkinan terjadinya soft landing, sehingga risiko terhadap prospek jangka pendek sekarang secara umum seimbang," tulis Krishna Srinivasan, direktur departemen Asia dan Pasifik IMF, dalam sebuah posting blognya.
Pemerintah China telah meningkatkan belanja tahun ini untuk mendukung perekonomian yang masih belum pulih dari melemahnya sektor properti dan untuk mendorong pertumbuhan mendekati targetnya mendekati 5 persen tahun ini. Di India, pemerintah meningkatkan belanja modal sebesar sepertiga pada tahun 2024, yang merupakan tahun ketiga berturut-turut.
Produk domestik bruto riil China diperkirakan meningkat sebesar 4,6 persen pada tahun 2024 dibandingkan tahun sebelumnya, dan India meningkat sebesar 6,8 persen pada tahun ini, kata IMF. Lembaga itu menyatakan prospek regional tahun 2025 tidak berubah dengan kenaikan sebesar 4,3 persen.
Masih ada beberapa risiko, kata IMF. Salah satu dampaknya adalah penurunan sektor properti dalam jangka panjang di China, yang akan melemahkan permintaan dan memperpanjang deflasi. Tantangan lainnya termasuk meningkatnya defisit fiskal dan risiko perdagangan akibat ketegangan AS-China.
IMF juga memperingatkan negara-negara Asia agar tidak terlalu bergantung pada ekspektasi terhadap kebijakan Federal Reserve ketika memutuskan kebijakan moneter mereka sendiri. Indonesia pada bulan ini secara tak terduga menaikkan suku bunga untuk mengatasi mata uang yang terpuruk akibat penguatan dolar AS. Negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara ini merupakan salah satu dari banyak negara di kawasan ini yang menghadapi depresiasi mata uang seiring dengan berkurangnya prospek penurunan suku bunga The Fed.
Meskipun mengikuti The Fed "dapat membatasi volatilitas nilai tukar" namun "hal ini berisiko membuat bank sentral tertinggal (atau bergerak maju) dan mengacaukan ekspektasi inflasi", tulis Srinivasan.(Bloomberg)

Sumber : admin